Tetes demi tetes menitik
Pada ujung genting tempatku berteduh
Terdiam ku di sisi sang jendela
Menikmanti sang hujan
Dan dinginnya desiran angin
Seakan inilah jalan di depan rumah
Saat ku melongok keluar
Padahal ini bukan rumahku
Seakan inilah saat aku bersamanya
Di gubuk tua yang reot di pinggir pantai
Tapi ia tak jua kembali
Helaan panjang nafas menghembus
Menguap di hamparan kaca
Terjaga di antara mimpi dan realita
Hayalanku yang telah menembus batas ruang dan waktu yang ada
Aku tak pernah menyalahkanmu
Dan bukan pula ingin untuk itu, hujan
Tapi aku malah berterima kasih
Atas warna dari masalah yang kau hadirkan kembali di pelupuk mata
Dan aku tak kan bertanya kepadamu
Kenapa ia tak kembali padaku
Tapi aku tetap berharap
Bahwa, suatu saat nanti
Aku kan kembali menggemgam tangannya
Dan memberinya kehangatan
Seperti saat kau buat ia kedinginan
Hingga ia meringkuk dalam dekapku
Aku ingat jalanan di Kota Tua Para Raja
Saat kau guyur deras berjam-jam
Aku merindukan itu semua hujan
Dan kenangan itu kau hadirkan kembali
Sore ini,
Kau mengingatkanku akan Nanggroe, hujan
Bandung, 4 Januari 2010
Jumat, 22 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar